Selasa, 02 Desember 2008

Bahasa Arab Dalam Tugas

Bahasa Arab Dalam Tugas

Penduduk Indonesia yang tersebar diseluruh pelosok tanah air ini lebih dari 90 % menganut agama Islam, Petugas yang akan terjun kemasyarakat baik dari TNI maupun dari Kepolisian, jika sedikit menguasai bahasa Arab dapat membantu tugasnya ditengah-masyarakat. Mungkin diantara perwira yang pernah bertugas di masyarakat (teritorial) mengalami, kadang diundang memberikan sambutan pada pertemuan kelompok masyarakat, di masjid, majlis ta’lim bahkan ada yang diminta jadi khatib shalat Jum’at , Idul Fitri dan Idul Adha serta jadi imam Shalat. Dampaknya ditengah-tengah masyarakat sangat positif dan kondusif sekali malah lebih berkesan dibandingkan ustaz-ustaz didaerah itu, jika sambutannya dibubui ayat-ayat Al Quran dan Hadist Rasulullah yang dilafalkan dengan fasih dan benar, kemudian mengimami shalat mereka. Pendekatan seperti ini yang dilakukan TNI dan Kepolisian akan semakin baik citranya ditengah masyarakat. Sebenarnya kesadaran untuk itu tampak dianggota kita, dengan meningkatnya peserta yang ikut test dalam setiap pemilihan calon siswa bahasa Arab di Pusdiklat bahasa Badiklat Dephan, tidak kurang dari 50 s/d 70 calon siswa peminat setiap anggkatanya, yang dapat didik hanya 12 orang dengan segala keterbatasan di Pusdiklat Bahasa. Saran kami kepada calon siswa yang belum mendapat kesempatan belajar di Pusdiklat bahasa, belajarlah dilingkungan masing-masing atau bukalah bloger subpok Arab anda akan menemukan dasar-dasar belajar bahasa Arab yang mudah dimegerti. Wallahu A’lam. ( Drs. Dimni Kh.)


Kamis, 23 Oktober 2008

Mahapatih orang Salo.......?




Mahapatih itu urang Salo .....?

Suatu sore saya dan nenek duduk dibawah pohon sambil gembala kerbau, nenek memanggil saya dan memulai ceritanya “Yuang urang awak ado nan manjadi rajo di rantau urang”(Buyung orang kita ada yang menjadi raja dirantau orang)."Di kampuang sabarangtu dulu ado anak ketek gapuak nan sangaik sarengeh bana, karajonyo bacakak, kabacakaksen, batinju, kadang-kadang urang gadang digaregaknojo, pulang main patang ari mukolah sambok-sambok badarah bagai dek dipacakaan urang, tapi inyo tanang sajo, lamo-lamo bantuak itu dikecean urang paja mada komah" (Dikampung seberang sana ada anak laki yang gemuk dan sangat nakal, sehari-hari kerjanya berkelahi, pulang sore mukanya bengkak dan benjol-benjol karana berkelahi, kadang orang lebih besar dari diapun ia lawan, tapi dia tidak merasa sakit malah biasa-biasa saja, sehingga dikatan anak itu kebal “mada”) Nenek melanjutkan ceritanya “karano dek kaperektu urang banci keno sahinggo diusia urang dari kampuang, ,mako pailahno lari kanagari urang. Katanahjao kato urang, dek sarengehnotu pulo ano manjadi rajo di rantau urang, baitu curito inyiakden” (Karena kenakalannya itu penduduk jadi benci kepadanya sehinga diusir dari kampung, maka ia lari meninggalkan kampung ketanahJawa kata orang, tetapi dengan nakalnya itu pula dia bisa menjadi raja dirantau orang, itu kata nenek saya) "Mungkin Gajah Mada karano dikampuang awakko kalo orang kaciak dimbau mancik, kancia dan kalo gapuak diimbau kabau, cipan atau gajah” ( Barangkali itu Gajah Mada karena dikampung kita sering digelari seseorang sesuai dengan bentuk tubuhnya kalau bentuk tubuhnya kecil dipanggil tikus, kancil kalau gemuk dipanggil kerbau, cipan, gajah dll ) Anak yang Gemuk dan Kebal dipanggil Gajah mada, Wallahu a’lam, itu cerita nenek saya yang dia dengar dari neneknya pula.